JOKO LANCUR-MIRAH PUTRI AYU Perseteruan dua desa Golah & Mirah.
Sebagai penduduk Ponorogo, tentu saja, kita telah mendengar mitos tentang Desa Golah dan Desa Mirah yang terletak di wilayah Sukorejo.
Mitos terus tumbuh dalam masyarakat
sejak zaman kuno sampai sekarang. Di antara mitos -mitos ini adalah bahwa air
dari desa Golah tidak ingin bercampur dengan air dari desa Mirah.
Orang akan mengalami kebingungan ketika membawa benda atau barang dari Golah ke Mirah dan sebaliknya. Ada orang Mirah tidak diizinkan menanam kedelai. Golah dan Mirah, jika mereka bertemu di tempat perayaan di mana saja akan terganggu, tidak akan ada pernikahan antara orang-orang Golah dan Mirah.
Itu adalah beberapa mitos yang
berkembang di masyarakat. Perkembangan mitos ini tidak dapat dipisahkan dari
kisah -kisah turun -temurun yang diturunkan dari leluhur. Cerita terus tumbuh
di komunitas sampai sekarang.
Inilah sedikit kisah Golah Mirah.
Pada zaman kuno di desa Golah, hiduplah
seorang tokoh terkenal yang memiliki kekuatan supernatural yang tinggi dan
gagah berani sehingga ia dihormati oleh sekitarnya. Nama orang itu adalah Ki
Honggolono. Karena kebijaksanaan dan keuntungan yang dimiliki oleh Ki
Honggolono, ia ditunjuk sebagai kepala Palang Desa dan disebut Ki Biatu Kusuma.
Ki Honggolono memiliki sepupu muda
bernama Ki Honggoyo yang lebih dikenal sebagai Ki Ageng Mirah.
Ki Honggolono memiliki putra yang tampan dan
perkasa bernama Joko Lancur. Joko Lancur adalah seorang pemuda tampan yang
memiliki hobi mengadu ayam dan mabuk.
Sementara itu, Ki Ageng Mirah memiliki
seorang putri yang sangat cantik bernama Mirah Putri Ayu. Mirah Putri Ayu
menjadi bunga desa dan mendapatkan julukan Mirah Kencono Wungu.
Joko Lancur memiliki hobi mengadu ayam,
di mana pun dia tidak pernah berpisah dari ayam jantan favoritnya. Suatu hari
ketika dia akan menjadi ayam, Joko Lancur melewati Mirah. Di tempat itulah ayam
favoritnya lepas. Kemudian dia kesal karena peristiwa itu. Berbagai cara yang
dia lakukan untuk menangkap ayam tetapi tidak berhasil. Sampai akhirnya ayam
memasuki ruang dapur Ki Ageng Mirah.
Mirah Putri Ayu yang membuat batik di dapur sangat terkejut melihat ayam jantan memasuki rumahnya. Mirah Putri Ayu berhasil menangkap ayam, dan sangat senang karena ternyata ayam itu sangat jinak.
Tak lama setelah itu, Joko Lancur yang
mencari ayamnya, betapa terkejutnya Joko Lancur melihat ayam favoritnya dalam
pelukan seorang perawan cantik yang belum diketahuinya.
Joko Lancur tidak segera meminta ayamnya,
tetapi terpesona oleh keindahan Mirah Putri Ayu. Sebaliknya Mirah Putri Ayu
juga sangat mengagumi ketampanan Joko Luncur.
Keduanya mencuri satu sama lain, berkenalan
untuk menempatkan yang seperti di antara mereka. Joko Lancur tidak tahu apakah
ternyata pamannya Ki Ageng Mirah memiliki putri yang sangat cantik karena Mirah
Putri Ayu adalah seorang gadis Pingitan yang tidak diizinkan bergaul dengan
sembarang orang.
Di tengah -tengah kesenangan obrolan
mereka, tiba -tiba Ki Ageng Mirah memasuki dapur dan menemukan Joko Lancur
bersama dengan putrinya.
Ki Ageng Mirah marah dengan Joko Lancur
karena dia dianggap tidak memiliki karma dan tidak memiliki kesopanan, karena
dia berani memasuki rumah orang lain tanpa meminta izin dari pemilik rumah
terlebih dahulu.
Joko Lancur menjelaskan apa yang benar
-benar terjadi, tetapi Ki Ageng Mirah tidak ingin peduli dengan penjelasan Joko
Lancur. Akhirnya Joko Lancur diusir dan disuruh segera meninggalkan rumah Ki
Ageng Mirah.
Joko Lancur segera kembali ke rumah
dengan rasa malu dan cemas, tetapi dalam pikirannya selalu mengingat keindahan
Mirah Putri Ayu.
Ki Honggolono pergi ke rumah Ki Ageng
Mirah untuk melamar Mirah Putri Ayu. Kedatangan Ki Honggolono disambut dengan
wajah ceria oleh Ki Ageng Mirah, meskipun dalam benak Ki Ageng Mirah tidak
ingin memiliki calon menantu penjudi.
Ki Ageng Mirah mencoba menolak dengan
cara yang halus agar tidak menembus perasaan keluarga Ki Honggolono, kemudian
lamaran diterima.
Persyaratan yang diangkat oleh Ki Ageng
Mirah adalah membuat bendungan sungai untuk mengairi sawah di Mirah dan yang
lebih rendah dalam bentuk satu ton padi yang tidak boleh dibeli oleh siapa pun,
dalam arti bahwa dari sendiri. Persyaratan disepakati oleh Ki Honggolono.
Dengan kemampuan Ki Honggolono untuk
memenuhi persyaratan ini, Ki Ageng Mirah khawatir dan mencoba menggagalkan
pembuatan bendungan oleh Ki Honggolono.
Sementara itu Ki Honggolono dengan
bantuan murid-muridnya bekerja keras untuk membuat bendungan dan mengumpulkan
padi.
Berkat kerja kerasnya dalam waktu
singkat kondisi yang diusulkan oleh Ki Ageng Mirah mendekati kesuksesan.
Dengan melihat apa yang dilakukan Ki Honggolono, Ki Ageng Mirah menemukan strategi untuk menggagalkan apa yang dilakukan Ki Honggolono. Ki Ageng Mirah meminta bantuan Genderuwo untuk mengganggu pembuatan bendungan dan mencuri padi yang telah dikumpulkan.
Apa yang Dilakukan Ki Ageng Mirah
Diketahui oleh Ki Honggolono. Ki Honggolono tidak lagi ingin mengisi gudang
dengan padi, tetapi diganti dengan damen jerami dan titen atau kulit kedelai.
Dengan kekuatan supernatural yang
dimiliki oleh Ki Honggolono, Damen dan titen diubah menjadi padi.
Mengetahui isi gudang padi, utusan
genderuwo dari Ki Ageng Mirah beralih untuk mengganggu pembangunan bendungan
dengan memecahkan bendungan yang belum selesai. Namun ternyata ini juga
diketahui oleh Ki Honggolono.
Ki Honggolono kemudian meminta bantuan
dari buaya yang berjumlah ribuan untuk menangkap Genderuwo ketika mengganggu
pembuatan bendungan. Akhirnya Genderuwo dapat dikalahkan dan pembuatan
bendungan berjalan dengan lancar.
Semua persyaratan selesai, Ki Honggolono
memenangkan gudang padi untuk ditinggalkan persyaratan.
Awal kedatangan kelompok mempelai laki
-laki disambut oleh Ki Ageng Mirah. Tapi Ki Ageng Mirah juga bukan orang biasa,
dengan kekuatan supernatural Ki Ageng Mirah tahu apa isi sebenarnya dari gudang
padi yang dibawa oleh mempelai laki -laki.
Di depan para tamu menghadirkan Ki Ageng Mirah memenangkan gudang dan segera mengganti padi di gudang menjadi damen dan titen.
Dengan kejadian ini ada perseteruan dan
pertempuran fisik yang berkelanjutan antara Ki Honggolono dan Ki Ageng Mirah.
Ketika ada perselisihan, Joko Lancur
mencari Mirah Putri Ayu, keduanya tahu apa yang terjadi antara kedua ayahnya
sehingga mereka memutuskan untuk bunuh diri bersama.
Masih pada saat yang sama, bendungan yang dibuat oleh Ki Honggolono runtuh dan ada banjir bandang yang menewaskan banyak orang.
Setelah perang, Ki Honggolono selama
berhari -hari mencari putranya yang tercinta, Joko Lancur, tetapi rupanya
ketika ditemukan putranya terbunuh dengan kekasih dan ayam yang dicintainya.
Tubuh Joko Lancur kemudian dimakamkan
berikut ayamnya dan makam itu dinamai kuburan Setono Wungu.
Dari peristiwa yang sudah berakhir, di
depan murid -muridnya, Ki Honggolono mengatakan. “Wong
Golah lan wong Mirah ora oleh jejodhoan. Kaping pindo, isi-isine ndonyo soko
Golah kang ujude kayu, watu, banyu lan sapanunggalane ora biso digowo menyang
Mirah. Kaping telu, barang-barange wong Golah karo Mirah ora biso diwor dadi
siji. Kaping papat, Wong Golah ora oleh gawe iyup-iyup saka kawul. Kaping
limone, wong Mirah ora oleh nandur, nyimpen lan gawe panganan soko dele.” (Orang Golah
dan Mirah tidak menikah. Kedua, isi air Golah, kayu, batu, air dan sejenisnya
tidak bisa dibawa ke Mirah. Ketiga, barang milik Golah dan Mirah tidak bisa
digabungkan menjadi satu. Keempat, orang Golah tidak diperbolehkan membuat
minuman dari kawul. Pertama-tama, orang Mirah tidak diperbolehkan menanam,
menyimpan, dan membuat makanan dari kedelai).
Sejak kehilangan putra kesayangannya, Ki
Honggolono, banyak yang direnungkan. Meskipun banyak kekayaan yang berlimpah
tidak membuat hidupnya tenang dan tidak mendapatkan kedamaian batin.
Akhirnya, Ki Honggolono bertobat atas
semua tindakannya dan mulai mempelajari hukum Islam. Demikian juga apa yang
dilakukan Ki Ageng Mirah, karena kejadian yang kemudian dia pelajari ke Kiai.
No comments:
Post a Comment